Tertegun aku memandangi cerahnya sinar bintang angkasa yang begitu kompak seolah-olah beriang-riang tersenyum memadu teduhnya bulan mengantarkanku menuju kediaman sahabatku. Jalan tol Cilenyi-Buah Batu malam itu ramai dan lancar. Dengan kecepatan kira-kira 70-80km/jam mobil yang ku tumpangi melaju bersama dengan obrolan-obrolan ringan dengan orangtua temanku dan dua orang adik kelasku.
Satu, hanya satu yang membuat aku memandang heran kepada diriku. I couldn't feel what I's feeling at that time hm!
Esoknya adalah tanggal 26 Juli, di mana aku terbang ke Pekanbaru, kota bertuah, kota lahir dan tumbuhku. Approximately six months I have left it. Beberapa minggu yang lalu aku sangat menanti-nantikan kepulanganku ke kampung halamanku. Terlebih saat aku sedang sakit (cukup) parah yakni diare, demam tinggi, dan sendiri. ngong-.-
Harusnya sih ya, semestinya, sekudu-kudunya perasaan yang ku pendam selama perjalanan 30menit itu adalah merry on the end of July dah! Heimweh terkabul! tapi,,, enggak... hm.. belum mungkin.
sedih? enggak, juga..
deg-degan? dikit doang..
cemas,takut, marah, kesal, kecewa? none...
Well right, aku gak gitu mikirin lagi perasaan yang bernaung di sekitaran benak dkk. Aku hanya memandangi bintang-bintang On-Under. Haha..Bintang beneran, dan city lite. ya.. dan city lite. Indah.. Indah.. dan yaa indah.. hehehe
Perhaps feeling so strange kali ya. bukan juga.. bisa nebak? (wuswuswus)
Kadang memang benar, jauh di dalam ruang hati terkadang sempat kosong sekian menit dan gak terespon baik menjadi sebentuk feeling untuk dideskripsikan. Akibat apa? Huh, ga tahu juga, Bang.
10 menit kemudian aku mengerti perasaan apa yang menenggelamkan benakku tadi, yang nge-masterin ruang hati. That's 'bersyukur yang menenangkan'
[baca: tenang..teduh.. bersyukur]
Gimana ya, aku merasa bersyukur bisa merasakan semua hal yang telah ku lalui di tanah Sunda ini. Bersyukur tanpa henti atas suka duka yang mendewasakan iman dan percayaku di bumi es pisang ijo ini. :|
Bersyukur, keberanianku menghadapi lingkungan baru, pola pikir baru, tekanan baru sungguh terasah rapi hingga detik ini. Bersyukur, luka kelam terobati dan merasakan kejutan rasa nano-nano yang memaksimalkan pelayanan sederhanaku untuk menjadi pribadi yang membuka diri untuk maaf dan kasih. Oh bersyukur, masih diperbolehkan bersyukur :')
Bandung dan Jatinangor, sedang tidak mengubahku namun memperbaharuiku.
Segala tempat,cara, dan orang-orang aku berekspresi layaknya aku apa adanya. Mencari-cari kantong-kantong pengalaman untuk ku lempar masuk ke dalam keranjangku. Layaknya pemungut sampah, tapi yang ku pungut itu keringat Bapak,Ibu, perlengkapan nafasku dan adik-adik selanjutnya.. di tahun-tahun berikutnya..
Dua, hal kedua yang membuatku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya berkali-kali. Kala rasa syukurku itu berusaha menghentikan darah ambisi ku (yang ambisius) akan negara Jerman... yang kegagalan pahit pernah ku tembus demi menjajakinya. ciee! huhu.
Ke mana ambisius itu? fade away. . . . . . . . ?
Oh please :(
Mengapa tiba-tiba hilang? Karena apa atau siapa? Bagaimana? Loh?
entahlah...
yang ku tahu,... aku tetap genggam impian itu, dan menyerahkannya dengan segala tenaga, akal, dan harapan ke dalam tanganNya dan di bawah salibNya...
Then I found this gold strength.. (Yesaya 41:10) "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."
Kemenagan atas pengharapan hanya ada di bawah kuasa Bapa..
ya..
Mentari bersenandung, bulan merayu...
Little Bye dulu Bdg, I'm coming Pku... {}
Kommentare
Kommentar veröffentlichen