Sukar ngebedain ikhlas dan jengkel kalo udah dilimpahin pilihan. Pilihan untuk mengasihi diri atau mengasihani orang lain.
"Do what you want!!!" jarang banget berlaku, buat aku.
Pagi ini, tepat pukul 07.00 WIB aku dibangunkan oleh penghuni kamar baruku. Pukul 07.00, tapi dibangunin. Maaf ya bukan teladan yang baik. pfft
Penghuni kamar baruku itu bernama Joice. Bertubuh gemuk, rambut panjang, dan batak.
Dia memberikan kunci kamarnya dan buru-buru menuju Bandung untuk bekerja. Tak lama kemudian aku teringat dengan percakapan kami siang kemarin di dapur saat aku tengah menyuci piring.
Dia menghampiriku dan menceritakan permohonannya. Apa itu?
"Dek, mau gak nanti barang-barangmu di taro dulu aja di kamar ku ini? Kata aa nya kamar 11 sudah ada yang bayar, aku masih akhir Agustus pindah Dek, kost an ku yang baru belum bisa ditempatin", bla bla bla
yaaa..
Telah lebih dari dua bulan aku 'mengungsi' di kamar pojokan, ya paling ujung, ya yang suka dimasuki serangga dan nyamuk-nyamuk jelek, yang paling jauh dari gerbang, dan yaa.. yang paling gelap karena di depannya tumbuh pohon pinus besar yang megah. More than two weeks barang-barangku tetap dalam tas-tas dan karton. Selama itulah aku makan, tidur, sate, menjamu teman-teman, melamun, dsb dengan tetap ter se nyum. Kondisi yang tidak kondusif sekali, hadirin. Kamar yang ku tempati selama 2 minggu lebih itu bukanlah kamar yang ku bayar. Saat itu aku terpaksa harus segera pindah ke kost an ini, karena kamar lamaku di Jawara Kuning akan ditempati oleh calon penghuni baru. HARUS Tahu diri dong...?
Lantas kamar yang mana yang orangtuaku sudah lunasin? Niihhh.. yang sekarang ku dudukin! no. 9. Tapi prihatin tetep boss.
Lihat sekejap!
Beteweeh tetep weeh sama sikon selama dua minggu kemarin. Berlomba-lomba numpuk bak kotoran kebo di jalan setapak menuju sungai. Tapi barang-barang aku tetep max worth it lah dibanding sampah kebo.
Sebenarnya rela sih,tapi gak ikhlas. *Udah jangan ditanggepin!* Strange yak? tau deh. Aku oke-oke aja ngalah buat Penghuni lama kamar ini. Tapi kenapa jadi barang-barangku yang tetep dalam pack pack an seolah-olah aku yang lagi nebeng wkwkwk
Sikap mengalah yang dilakukan, eh tepatnya memanjakan penghuni lama yang telah ku lakukan beberapa hari yang lalu (dengan tidur di kamar 11 yang mengenaskan tadi) kenapa dihargai serecehnya duit ya sepertinya. Warum? schau mal an! Dia enggan pindah sementara ke kost abangnya karena malas dan ribet (pengakuan yang ditangkap telingaku). Oh tolonglah T_T
My fault? Schade muss ich es sag'n. Karena aku malah menyetujui permohonannya. Aku harus mengurungkan niatku untuk membereskan dan mendekor kamar baruku ini sebelum aku pulang kampung, dan saat pulang bisa memandangi kamar ini dengan cat cream nya yang baru, dan beristirahat langsung dengan nyamannya.. Oh :')
MIMPI neng hahahaha!
Kasihan sih broo.. Tapi ya gimanalah.. menyia-nyiakan keadilan tidak akan mengakibatkan badanku jadi kurusan toh.
Pelajaran dong? belum!, pengalaman? kurang!, banyak maunya. Jadi? lebih dari dua hal itu. Menambah karakter baru! Was? Tegas. lebih tegas. sangat tegas.
Still Sounds Complicated? No, more ;)
"Do what you want!!!" jarang banget berlaku, buat aku.
Pagi ini, tepat pukul 07.00 WIB aku dibangunkan oleh penghuni kamar baruku. Pukul 07.00, tapi dibangunin. Maaf ya bukan teladan yang baik. pfft
Penghuni kamar baruku itu bernama Joice. Bertubuh gemuk, rambut panjang, dan batak.
Dia memberikan kunci kamarnya dan buru-buru menuju Bandung untuk bekerja. Tak lama kemudian aku teringat dengan percakapan kami siang kemarin di dapur saat aku tengah menyuci piring.
Dia menghampiriku dan menceritakan permohonannya. Apa itu?
"Dek, mau gak nanti barang-barangmu di taro dulu aja di kamar ku ini? Kata aa nya kamar 11 sudah ada yang bayar, aku masih akhir Agustus pindah Dek, kost an ku yang baru belum bisa ditempatin", bla bla bla
yaaa..
Telah lebih dari dua bulan aku 'mengungsi' di kamar pojokan, ya paling ujung, ya yang suka dimasuki serangga dan nyamuk-nyamuk jelek, yang paling jauh dari gerbang, dan yaa.. yang paling gelap karena di depannya tumbuh pohon pinus besar yang megah. More than two weeks barang-barangku tetap dalam tas-tas dan karton. Selama itulah aku makan, tidur, sate, menjamu teman-teman, melamun, dsb dengan tetap ter se nyum. Kondisi yang tidak kondusif sekali, hadirin. Kamar yang ku tempati selama 2 minggu lebih itu bukanlah kamar yang ku bayar. Saat itu aku terpaksa harus segera pindah ke kost an ini, karena kamar lamaku di Jawara Kuning akan ditempati oleh calon penghuni baru. HARUS Tahu diri dong...?
Lantas kamar yang mana yang orangtuaku sudah lunasin? Niihhh.. yang sekarang ku dudukin! no. 9. Tapi prihatin tetep boss.
Lihat sekejap!
Beteweeh tetep weeh sama sikon selama dua minggu kemarin. Berlomba-lomba numpuk bak kotoran kebo di jalan setapak menuju sungai. Tapi barang-barang aku tetep max worth it lah dibanding sampah kebo.
Sebenarnya rela sih,tapi gak ikhlas. *Udah jangan ditanggepin!* Strange yak? tau deh. Aku oke-oke aja ngalah buat Penghuni lama kamar ini. Tapi kenapa jadi barang-barangku yang tetep dalam pack pack an seolah-olah aku yang lagi nebeng wkwkwk
Sikap mengalah yang dilakukan, eh tepatnya memanjakan penghuni lama yang telah ku lakukan beberapa hari yang lalu (dengan tidur di kamar 11 yang mengenaskan tadi) kenapa dihargai serecehnya duit ya sepertinya. Warum? schau mal an! Dia enggan pindah sementara ke kost abangnya karena malas dan ribet (pengakuan yang ditangkap telingaku). Oh tolonglah T_T
My fault? Schade muss ich es sag'n. Karena aku malah menyetujui permohonannya. Aku harus mengurungkan niatku untuk membereskan dan mendekor kamar baruku ini sebelum aku pulang kampung, dan saat pulang bisa memandangi kamar ini dengan cat cream nya yang baru, dan beristirahat langsung dengan nyamannya.. Oh :')
MIMPI neng hahahaha!
Kasihan sih broo.. Tapi ya gimanalah.. menyia-nyiakan keadilan tidak akan mengakibatkan badanku jadi kurusan toh.
Pelajaran dong? belum!, pengalaman? kurang!, banyak maunya. Jadi? lebih dari dua hal itu. Menambah karakter baru! Was? Tegas. lebih tegas. sangat tegas.
Still Sounds Complicated? No, more ;)
Kommentare
Kommentar veröffentlichen