Direkt zum Hauptbereich

25=2920 Hari.

Satu sudut di stasiun utama kota Hamburg, menjadi tempatku sementara ini untuk mengais rejeki demi melanjutkan sekolah. 
Satu sudut cafe yang menjual berbagai jenis kopi dan juga makanan untuk sarapan, makan siang, dan juga roti untuk makan malam. 
Sudut yang ramah untuk jadi tempat menyapa segala jenis wajah dan menikmati keletihan. 
Minggu-minggu terakhir diusiaku yang kedua puluh empat dilalui di sudut ini. 

Suatu malam yang ramai dan dingin, aku menyapa seorang kakek yang menghampiri cafe kami. Wajahnya terlihat lelah. Samar-samar aku mengingat raut mukanya dan suaranya yang begitu pelan. Kedua kakinya disanggah dengan tongkat khusus manula untuk membantunya berjalan. 

M: „Hallo, bitte schön der Herr, was möchten Sie gerne?“
(Hallo silahkan Pak, ingin memesan apa?)
H: „Ich hätte gern ein schwarzes Brot, das da.“
(Saya mau roti schwarz* yang itu tolong)
„Meinen Sie das?“
(Yang ini maksud Anda?)
„Ja genau“
(Iya betul)
„Zum hier essen oder soll ich einpacken?“
(Mau makan di sini atau baiknya saya bungkus?)
„Bitte einpacken. Und noch einen Becher Kaffee bitte“
(Bungkus saja tolong. Dan kopi satu)
„XL oder klein?“(Yang XL atau yang cangkit kecil?)
„Klein reich“
(Yang kecil cukup)
„Gerne, jetzt läuft der Kaffee. Insgesamt 7.10 Euro bitte.“
(Dengan senang hati. Kopinya sedang dibuat ya. Totalnya 7 euro 10 cent ya)
„Kann ich bitte mit Karte bezahlen?“
(Saya bisa bayar pakai kartu)
'“Oh wir können leider nur bar“
(Oh sayangnya hanya bisa cash)
„Ach so.“
(Oh begitu)
„Ja,..“
(Ya)
„Dann suche ich mal ein Geldautomat“
(Kalau begitu saya cari ATM dahulu ya)
„Ach so.. okay.., aber Sie kommen wieder zurück oder?“
(Oh gitu, oke tapi Anda nanti kembali lagi, kan?)
„Hm.. Ja..“
(Hm.. ya)
Kata terakhirnya yang terdengar tidak pasti, membuat rekan kerjaku sendiri tak yakin kalau dia akan kembali, mengingat memang tidak sedikit pelanggan yang sudah sempat memesan minuman namun pada akhirnya tak bisa membayar karena tak punya uang kontan. Oleh sebab itu ia kemudian memasukkan kopi tersebut ke dalam daftar makanan dan minuman yang salah pesan. Namun aku dengan sengaja menutup kopi tersebut dengan tutupnya karena aku berharap kakek tersebut kembali. 

Merasakan bertambahnya usia di hari ini, mengingatkanku bahwa aku sendiri pun selama ini sering tidak mempersiapkan diri untuk mendapatkan roti yang mengenyangkan dan minuman yang tidak membuatku haus lagi (John 6, 35-Then Jesus declared, “I am the bread of life. Whoever comes to me will never go hungry, and whoever believes in me will never be thirsty). Teringat hari-hari dimana aku masih sering mendukakan RohNya. 

Tiga tahun sudah aku di sini merenungkan hari kelahiranku, tiga tahun di tiga kota yang berbeda-beda. Dan rasanya pun sedikit berbeda. Hari ini tidak turun salju seperti dua tahun berturut-turut, melainkan matahari terang bersinar. Merenungkan hari ini dengan status sebagai mahasiswa yang telah jadi impian dari tiga tahun yang lalu. 25: memanglah angka yang tidak lagi kecil. 
Sejauh ini.. Selama ini.. Bagai angin yang lalu dan menyapa kulit per sekian detik, demikianlah waktu berlalu dengan ajaibnya. Tapi ini perasaan yang salah. Lho? Mengapa keliru? 

25. Saat mengetikkan angka ini aku mungkin hanya perlu satu nano detik untuk melakukannya. Fakta ini terdengar mendukung pernyataanku di atas. Namun demikian, disaat aku bertanya, apa yang sudah ku lakukan untuk Tuhan? Sudah yang terbaikkah yang ku persembahkan? Pertanyaan ini membuatku harus mengoreksi anggapanku bahwa waktu berlalu begitu cepat. 
Katakanlah aku sudah menjadi dewasa sedari 17 tahun. Dan delapan tahun ini, bukan sebentar. Ada 2920 hari yang sudah kuhabiskan dari pagi hingga ke pagi lagi. Ini waktu yang terlalu lama untuk tidak membuahkan sesuatu yang benar-benar terbaik bagiNya. Ini waktu yang terlalu lama untuk berkali-kali menahan berkatNya kepada orang-orang sekitarku. Ini waktu yang terlalu lama untuk tidak mensyukuri anugerahNya. Ini waktu yang terlalu lama dengan sudah terlalu banyak wajah yang ku temui, tanpa ku kabarkan tentang Kristus.


Teringat akan khotbah seorang hamba Tuhan. Kurang lebih berbunyi demikian „Di saat kita masih diberi waktu untuk hidup saat ini, berarti Tuhan sedang menunggu kita bertobat atau masih mau memakai kita memberitakan InjilNya dan menjadi kesaksian yang hidup bagi sesama“

Dan teringat lagi akan kalimat seorang wanita bernama Erma Bombeck, berbunyi demikian:

„When I stand before God at the end of my life, I would hope that I would not have a single bit of talent left and could say, that I used everything You gave me.“

Apakah semua perbuatan tersebut adalah yang diharapkan Tuhan padaku? Apakah Tuhan yang Maha Mulia itu pernah berharap dariku yang hina ini? Allah Yang Maha Agung berharap padaku? 
Dia mengingatku saja, sudah... 

Kurang lebih setengah jam telah berlalu. Harapanku pada kakek itu sudah hampir pudar. Aku sudah hampir memercayai rekan kerjaku, bahwa ia tidak akan datang lagi. Aku jadi tidak yakin, kalau dia sebenarnya mendengar pesan terakhirku padanya. Dan kenyataannya dia kembali... 
Ya, dia kembali memberikan selembar uang kertas berwarna merah. Dan percayalah, aku begitu sukacita luar biasa saat itu. Entah mengapa sukacitaku kali ini berbeda. Dia datang.. Dia kembali.. Dari sekian banyak pelanggan yang masih muda, fit, kuat, namun yang tidak kembali, kakek ini justru kembali. Dia bisa saja memesan ke tempat lain yang memberi pelayanan pembayaran dengan kartu. Namun dia kembali. Dia benar mencari ATM yang aku sendiri yakin tak dekat dari cafe kami. Sumringah aku melihat kedatangannya. Aku berharap kopi yang sudah tertutup rapi di dalam Becher* tadi masih cukup hangat untuknya di malam yang dingin itu. 


Kekuatan yang masih dia miliki untuk berjalan (inward)**, dan usaha yang masih dia mau lakukan untuk kembali.. (outward)*** 
Aku yang sukacita benar saat dia kembali..
Dia yang akhirnya bisa menikmati kopi dan roti itu..

Mungkin ini tak ada keterkaitannya sama sekali. Namun secara sadar aku langsung teringat akan ayat yang tentang domba yang kembali pulang. Tak terbayangkan bagiku sama sekali bagaimana seisi sorga akan bersorak saat satu domba yang terhilang kembali. Domba yang akhirnya bisa menikmati roti dan air hidup. Menikmati Dia dan kemuliaanNya. 

Baik memulai maupun melanjutkan langkah baru di usia yang baru ini, aku berharap.. ya sangat berharap sekiranya RohNya mau tuntun aku terus untuk pulang dan menikmatiNya. Karena hanya dengan menikmatiNya, aku bisa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut untukNya dengan motivasi yang murni, dan kebergantungan yang sepenuhnya padaNya. Dan malam ini aku belajar lagi, bahwa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut bukanlah yang terutama di dalam iman percaya ku, melainkan menikmatiNya, mencintaiNya terlebih dahulu. Seperti John Piper pernah sebutkan bahwa; 
To love Him is the root, but to do things for Him is the fruit“.

"So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God". -1 Kor 10: 31-
All love,

*Becher: Dalam konteks ini adalah cangkir terbuat dari kertas tebal untuk minuman bersuhu panas.
**inward: Istilah untuk sesuatu yang tidak berasal dari manusia, melainkan dari Allah. Istilah ini juga dipakai untuk menjelaskan tentang anugrah dari Tuhan.
***Outward: Hal-hal yang dikerjakan oleh manusia sebagai hasil dari Allah yang mengaruniakan keselamatan pada manusia tersebut.

Kommentare

Beliebte Posts aus diesem Blog

Is there any light in the darkest valley?

It was Sunday and quite cloudy. It was still 4:30 p.m. but already getting dark.   I decided to go for a walk to get some fresh air, hoping that my cold and headache would get better. At first, I wasn't so sure to do that, because it started to windy too. 80% could be rained on in a few minutes, and still, I kept going outside. After that scar on August 2021, I avoid listening to music while I walk. Instead, I prefer listening to podcasts. This helped me at least to stop focusing on the pain. The sermons keep "cleansing" and "preparing" me for everything ahead, including His plan in this uncertain world. And I am very thankful for that.  The podcast I listened was the very first Arche Jugend podcast this year. It was about the grace of God in connection with His justice (Psalm 103). One of the messages was: *"Imagine standing alone before a hungry lion with no weapons or anything to save you from it. You will become directly afraid of being attacked and eat

ARE WE THE WORLD?

We..are..the..world .. Yesterday afternoon (31.07.) while I was still working, I saw a crowd of police and medical officers form a circle formation. They were examining a man who lay pale unconscious. As I could see more clearly, I recognized the man's face perfectly. He often begs and sells newspapers around the station. I do not know what happened so he must be rushed by the officers. Is it maybe because he has not eaten .. or die of thirst .. I do not know.  In the evening as usual all the leftovers should be thrown away. In the midst of the crust cleared up all the equipment, my co-worker said suddenly 'it's a pity this food every day should be thrown away. Many people are starving. God is not fair'. I was shocked, and the timing was very unsuitable to respond to his statement because he was in a hurry. Yes, the world has been destroyed since the sin of man to His God. The rich get richer, the poor become poorer, oppression, deprivation of human rights

… do it all for the glory of…me?

  What is the first thing we think and do when we wake up in the morning? What do we desire the most? What worries us the most? What is our greatest fear? What makes us very sad? What makes us very happy? All the questions above can help us find out who or what we worship every day. For we humans are worshipping beings. There is always something we desire the most. Either ourselves, our money, our career, our study, or even our relationship with another human. All these temporal things fill our lives every day. Well is it wrong to do this stuff? No. We may and must do that, even anything! But...  “I have the right to do anything,” you say—but not everything is beneficial.  “I have the right to do anything”—but not everything is constructive”                                                                                                                  1 Corinthians 10, 23 But not everything is beneficial… But not everything is constructive… We need to examine our heart. What