Direkt zum Hauptbereich

16.10.2017 - Kau kira Engkau siapa?


Pagi teduh ditemani embun berlomba-lomba mengaburkan pandang saya. Saya terus berjalan cepat walau diiringi semilir angin dengan kesejukannya yang tak menenangkan jiwa. Saya bermain-main menyapu dedaunan dengan kedua kaki saya sembari berjalan. Menyapu dedaunan kuning, hijau muda dan coklat tua yang telah gugur dikalahkan musim. 
Saya nanti bus pagi buta di hari yang ke sekian di perhentian sementara saya yang baru. 
Hingga sang bus datang dan tiba di perhentian dengan mulus.
Saya segera mengeluarkan kartu perjalanan saya yang saya terima dari institusi x.
Saya langsung sumringah tersenyum ucapkan 'Hallo' kepada sang sopir. Ini terdengar biasa saja memang. Karena memang begitulah sebaiknya etika saat masuk ke dalam bus.
Yang membuat kali ini berbeda adalah bahwa sudah kali kedua saya disapa kembali dengan senyuman tak asing dari laki-laki pribumi, ibu pertiwi yang bekerja mengantarkan setiap penumpang ke tujuan masing-masing. 
Senyum dari wajah itu tak asing. Namun jadi terasa asing di tempat asing ini. Dan saya lupa rasa kemarin. Rasa saat pertama kali disambut senyuman itu.

Mulia pekerjaannya. Namun saya dipaksa jujur menuliskan pikiran yang menggerakkan jemari saya tuk menanyakan, mengapa pekerjaan itu yang dipilihnya. Atau mengapa pekerjaan itu yang ditawarkan padanya. Pertanyaan kosong yang membuat saya menatap kosong keluar dari jendela bus. Kekosongan tatapan yang harus berakhir di perhentian bus Sydneystraße.


16.10.2017   Hari itu dimulailah cerita baru yang diimpikan berbulan-bulan silam. Tepatnya 2 tahun 2 bulan yang lalu. Bisakah Anda menembus melihat ke dalam segenggam hati saya yang dibungkus cangkang telur. Melihat mimpi yang dibangunkan realita. Mimpi yang berubah jadi cerita harian.

Mulai dari 16.10.2017. 
Saya turun dari bus itu. Sempat terpikir mungkinkah esok dihantar kembali oleh sopir yang sama. Saya turun dan melihat tangga berkarat menuju satu jembatan penyebrangan yang basah dan berlumut di sisi bawahnya. Saya kehilangan kompas hingga seorang ibu asing menghampiri saya dan menanyakan apakah saya hendak ke kampus. Ya, dia tahu solusi dari kebingungan saya saat itu. Dia berikan petunjuk. Saya lihat lagi petunjuk dari telepon genggam saya, apakah saya benar-benar sudah sampai ke tempat tujuan atau lagi-lagi salah arah. Saya perhatikan baik-baik. 
Dan gedung para pelajar perguruan tinggi baru dan menjulang tinggi itu adalah memang ternyata gedung tempat saya menjawab tantangan dari dalam dan luar diri. Gedung yang Sang Khalik telah tentukan tuk menanggapi jawaban doa yang saya utarakan berbulan-bulan.

Dengan percaya diri dalam kepura-puraan saya maju mendekati pintu masuk. Saya mencoba untuk terus percaya diri dalam kepura-puraan. 
Barangkali angin kala itu mampu menembus isi pikiran saya dan bersenda gurau  kian kemari hendak melucuti saya. Mereka tak pernah diam.
Jika saya diberi pilihan untuk merumuskan arti beratnya nafas ini, lebih baikkah jika saya mengatakan;

"Saya masih di sini menjalani tantangan berat ini". 
atau 
"Saya masih di sini menikmati(nya)".


Belum, belum saatnya saya merumuskannya. Mereka-reka pun sebaiknya jangan dibiarkan terus terjadi. 
Sabarlah, embun esok pagi 'kan segera tiba. Embun yang memang bisa mengaburkan pandangan jarak jauh saya.
Namun hadirnya tercipta 'tuk turut menyambut berkat di hari yang baru. Di pagi buta.

Dengan cinta dan kasih,

Kommentare

Beliebte Posts aus diesem Blog

“Pergeseran perspektif dan budaya pada perkawinan adat Batak zaman sekarang khususnya di kota-kota besar”

     BAB I Pendahuluan I.1        Latar Belakang Perkawinan adalah sumbu tempat berputar seluruh hidup kemasyarakatan (Geurtjens dalam ‘Uit een vreemde wereld). Kebanyakan orang senantiasa menaruh perhatian yang besar terhadap hal-hal perkawinan sehingga perkawinan dalam beberapa suku terutama di Indonesia membuat perhelatan perkawinan yang beriringan dengan pelaksanaan adat dari suku itu sendiri. Perkawinan adat Batak Toba contohnya. Perkawinan adat Batak Toba telah mendapat stereotip atau perspektif sendiri dari kalangan masyarakat suku Batak itu sendiri maupun masyarakat suku lain, bahwa perkawinan adat Batak terkenal dengan pesta adatnya yang cukup lama dan rumit Beranjak dari tradisi upacara Batak tersebut, saya mengangkat penelitian pergeseran kebudayaan pada perkawinan adat batak Toba saat ini. Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 14 Desember 2013 saya menghadiri sebuah perhelatan perkawinan adat Batak Toba di dae...

… do it all for the glory of…me?

  What is the first thing we think and do when we wake up in the morning? What do we desire the most? What worries us the most? What is our greatest fear? What makes us very sad? What makes us very happy? All the questions above can help us find out who or what we worship every day. For we humans are worshipping beings. There is always something we desire the most. Either ourselves, our money, our career, our study, or even our relationship with another human. All these temporal things fill our lives every day. Well is it wrong to do this stuff? No. We may and must do that, even anything! But...  “I have the right to do anything,” you say—but not everything is beneficial.  “I have the right to do anything”—but not everything is constructive”                                                          ...

Is there any light in the darkest valley?

It was Sunday and quite cloudy. It was still 4:30 p.m. but already getting dark.   I decided to go for a walk to get some fresh air, hoping that my cold and headache would get better. At first, I wasn't so sure to do that, because it started to windy too. 80% could be rained on in a few minutes, and still, I kept going outside. After that scar on August 2021, I avoid listening to music while I walk. Instead, I prefer listening to podcasts. This helped me at least to stop focusing on the pain. The sermons keep "cleansing" and "preparing" me for everything ahead, including His plan in this uncertain world. And I am very thankful for that.  The podcast I listened was the very first Arche Jugend podcast this year. It was about the grace of God in connection with His justice (Psalm 103). One of the messages was: *"Imagine standing alone before a hungry lion with no weapons or anything to save you from it. You will become directly afraid of being attacked and eat...