Direkt zum Hauptbereich

Sampai akhirnya ‘sabar’ bukan suntik biasa untuk atasi homesick sekalipun.



Seminggu sudah aku meninggalkan rumah untuk kembali melanjutkan rutinitasku di tanah orang. Hari-hari seperti ini akan teringat selalu bagiku. Sebab aku kembali pada waktu yang belum ditentukan sebagai mahasiswa pada umumnya. Dalam arti kata lain, aku dikategorisasikan ke dalam mahasiswa jenis yang ‘lain’. Iya.. kalau kata orang mahasiswa tingkat akhir. Sekali dua kali terbesit perkataan dalam hati ‘kalau tahu gini mah..’ . Mengapa? Aku belum bisa sidang proposal skripsi di awal bulan depan. Belum. Bisa. Dan juga teman teman se kosan belum penuh.. maksudnya ya rata-rata belum pada balik. Sebenarnya teman-teman seperjuangan se nangor sih.. hal ini menjadikan pendudukan lokal begitu berjaya mengitari nangor dan sekitarnya.
            Awalnya mengira semuanya jadi serba salah. Namun sekarang aku yakin, ada sesuatu yang benar dari hal ini. Kemarin (23/01) aku diizinkan melayani lagi di SMAN 1 Cileunyi. Luar biasa segala yang terjadi. Yes, pun malamnya aku dipertemukan dengan teman seperjuangan (kalau ini benar-benar sama sama sedang berjuang) di sebuah café tempat dia bekerja. Banyak referensi yang sangat membantuku mengulas teori demi teori. Dan aku semakin sadar, bahwa teori yang telah ku kumpulkan ternyata belum cukup tajam membedah objek penelitianku. Dua hal itu lah yang merupakan ‘benar’ yang harus ku alami. Lagi lagi aku menyesal telah sempat berpikir, bahwa ‘ah. lebih baik aku masih di rumah dan membantu bantu dan menemani ibu bapak dan adik-adik’. Semua masih saja sempat dipimpin sama pemikiranku sendiri. Dan selalu mengambil kesimpulan atas dasar logika sendiri, ‘jika gini, maka gini’. Padahal Dia menyatakan ‘Jika begini, maka hal lain yang terbaik bagimu, Lin.’
Hmm so sweet sekali.
            Ku rasa satu hal yang hamper setiap jam diasah bagi manusia adalah sabar. Ku berani mengatakan bahwa sabar itu tidak hanya saat seseorang atau banyak orang membuatmu jengkel, kecewa, atau duka. Sabar itu juga tidak hanya saat pencobaan atau masalah besar sedang mampir di schedule mu. Sabar itu…
          Lebih kepada menanti dengan ikhlas hikmah dari segala yang sedang berlangsung (setiap peristiwa) dalam hidup. Jelas, tiap jam pernyataanku ini berlaku. Mengapa demikian? Saat ingin membeli makan ke luar, namun hujan turun begitu deras. Mungkin harus menunggu sepuluh hingga 15 menit sampai fase hujannya berkurang. Saat menunggu teman yang sedang berada di jalan. Mungkin harus bersabar beberapa menit untuk menghargai kehadirannya. Karena siapa yang tahu kalau esok atau lusa kamu pun lelet. Oh iya by the way aku sedang malas memiringkan kata-kata yang tidak baku. Peace yo!
             Nah aku teringat dan mencap bahwa google translate itu adalah program yang tidak sabar. Lah emang ada program yang sabar? Haha.. berbahagialah saat kau ditakdirkan jadi manusia, bukan program. Karena program itu anti-patient. Wkwk.
It’s not patient? Why? Yes.. saat ku ketikkan kata demi kata untuk membangun dua kalimat (padahal belum selesai mengetik) ehh google translate sudah tidak sabar menerjemahkan kata demi kata tersebut, akhirnya ya dalam proses terjadi banyak kesalahan. Entah itu tata bahasa nya, entah itu konteks dalam kalimat. Kacau deh. Mungkin bisa kali ya kita belajar dari ketidaksabaran google translate tersebut. Berharap tidak terjadi kesalahan ataupun kekeliruan di dalam prosesnya saat kita menghadapi berbagai peristiwa dengan ketidaksabaran.
Sebenarnya akan lebih bijak apabila ada barangkali kita menghadapi percakapan seperti ini:

A             : … satu kata yang menggambarkan dirimu.
B             : sabar
A             : oh ya?
B             : ya, menanti pertanyaan Anda saja saya sudah sabar.
(nggak gini juga sih)

maksudnya akan lebih baik jika kita memberi jawab:

B             : setiap saat saya bersabar menanti peristiwa-peristiwa di jam-jam yang masih misteri. Jika tidak demikian, mungkin saya bisa menangis, emosi, sombong (mengandalkan ancang-ancang sendiri), berontak, hopeless, dll.
Hmm.. mungkin kelihatannya masih terlalu berlebihan ya. Namun aku ingin membagikan satu hal yang pasti dan pas (tidak berlebihan dan tidak kurang berlebihan), serta kekal sepanjang masa.
Amsal 16 : 32 ,”Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota,”
Such wonderful advise, right?

With patient love,
M


Kommentare

Beliebte Posts aus diesem Blog

“Pergeseran perspektif dan budaya pada perkawinan adat Batak zaman sekarang khususnya di kota-kota besar”

     BAB I Pendahuluan I.1        Latar Belakang Perkawinan adalah sumbu tempat berputar seluruh hidup kemasyarakatan (Geurtjens dalam ‘Uit een vreemde wereld). Kebanyakan orang senantiasa menaruh perhatian yang besar terhadap hal-hal perkawinan sehingga perkawinan dalam beberapa suku terutama di Indonesia membuat perhelatan perkawinan yang beriringan dengan pelaksanaan adat dari suku itu sendiri. Perkawinan adat Batak Toba contohnya. Perkawinan adat Batak Toba telah mendapat stereotip atau perspektif sendiri dari kalangan masyarakat suku Batak itu sendiri maupun masyarakat suku lain, bahwa perkawinan adat Batak terkenal dengan pesta adatnya yang cukup lama dan rumit Beranjak dari tradisi upacara Batak tersebut, saya mengangkat penelitian pergeseran kebudayaan pada perkawinan adat batak Toba saat ini. Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 14 Desember 2013 saya menghadiri sebuah perhelatan perkawinan adat Batak Toba di dae...

… do it all for the glory of…me?

  What is the first thing we think and do when we wake up in the morning? What do we desire the most? What worries us the most? What is our greatest fear? What makes us very sad? What makes us very happy? All the questions above can help us find out who or what we worship every day. For we humans are worshipping beings. There is always something we desire the most. Either ourselves, our money, our career, our study, or even our relationship with another human. All these temporal things fill our lives every day. Well is it wrong to do this stuff? No. We may and must do that, even anything! But...  “I have the right to do anything,” you say—but not everything is beneficial.  “I have the right to do anything”—but not everything is constructive”                                                          ...

Is there any light in the darkest valley?

It was Sunday and quite cloudy. It was still 4:30 p.m. but already getting dark.   I decided to go for a walk to get some fresh air, hoping that my cold and headache would get better. At first, I wasn't so sure to do that, because it started to windy too. 80% could be rained on in a few minutes, and still, I kept going outside. After that scar on August 2021, I avoid listening to music while I walk. Instead, I prefer listening to podcasts. This helped me at least to stop focusing on the pain. The sermons keep "cleansing" and "preparing" me for everything ahead, including His plan in this uncertain world. And I am very thankful for that.  The podcast I listened was the very first Arche Jugend podcast this year. It was about the grace of God in connection with His justice (Psalm 103). One of the messages was: *"Imagine standing alone before a hungry lion with no weapons or anything to save you from it. You will become directly afraid of being attacked and eat...